Politikterkini.com | Ridwan Kamil, sebagai Calon gubernur Jakarta nomor urut 1, mengungkapkan niatnya untuk menjadi pemimpin yang adil bagi seluruh masyarakat Jakarta jika terpilih dalam pemilihan mendatang. Ia menekankan pentingnya perhatian terhadap warga yang termasuk dalam kelompok agama minoritas, mengingat keragaman budaya dan kepercayaan yang ada di ibu kota.
Ridwan Kamil turut membagikan pengalamannya ketika tinggal di luar negeri, di mana ia merasakan kesulitan sebagai bagian dari kelompok minoritas. Ia menceritakan bahwa dalam situasi tersebut, ia menghadapi tantangan saat ingin melaksanakan ibadah, seperti salat Jumat, yang sering kali memerlukan izin dari pihak masjid.
“Susah mau salat Jumat, izin masjid juga susah. Jadi saya rasakan enggak enak,” ujarnya saat menghadiri Deklarasi Dukungan dari Kebangkitan Jawara di Jakarta pada hari Sabtu, (26/10/24). Dari pengalaman ini, Ridwan menyatakan keinginan kuatnya untuk merangkul semua kelompok agama jika ia dipercayakan untuk memimpin wilayah Jakarta.
Dia berjanji, bila terpilih sebagai gubernur Jakarta, dalam lima tahun ke depan, ia akan berupaya sebaik mungkin untuk menjadi pemimpin yang seadil-adilnya. “Menurut para ulama, kalau pemimpin adil, masuk surganya duluan,” ungkap pria yang akrab disapa Emil ini, menegaskan keyakinannya akan pentingnya keadilan dalam kepemimpinan.
Ridwan Kamil juga menjelaskan bahwa komitmennya untuk merangkul seluruh penganut agama akan tercermin dalam program-program yang ia rencanakan. Salah satu program yang diusulkannya adalah memberikan fasilitas untuk keberangkatan ibadah bagi berbagai kelompok agama.
“Marbot, DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) kami umrahkan. Yang Kristiani, Katolik saya bayari ke Vatikan, yang Protestan mungkin ke Yerusalem,” imbuhnya, menunjukkan keseriusannya dalam memberikan dukungan.
Sebelumnya, Ridwan juga pernah menyampaikan janjinya untuk menambah kuota ibadah umrah bagi para marbot masjid. Untuk merealisasikan program-program tersebut, ia mengaku tidak ingin bergantung sepenuhnya pada Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD).
Emil menjelaskan bahwa pendanaan untuk program keagamaan dan sosial semacam ini dapat bersumber dari dana umat. “Kalau maksimal, aspirasi terkait guru ngaji dan marbot itu bisa tidak harus mengandalkan APBD asal pemimpinnya kreatif mengorganisasikan sumber-sumber lain. Dana umat kembali ke umat,” kata Emil di kawasan Warakas, Kecamatan Tanjung Priok, pada hari Senin, (30/09/24).
Dengan cara ini, Ridwan Kamil berharap dapat membangun Jakarta yang lebih inklusif dan peduli terhadap seluruh lapisan masyarakat. (pt)